Foto Doc Pribadi |
Menanti Kereta di Tera Walk Station - Selintas, saya langsung teringat petikan sebuah lagu Indonesia jadul saat memasuki venue Resto&Cafe Tera Walk Station suatu senja di Jalan Merdeka No. 2, Bandung. Lagu yang pernah dipopulerkan oleh penyanyi manis bersuara bening, Nella Regar.
Kereta senja tlah tiba di depanku
Semakin sedih rasa hati ini
Tak dapat ku berkata hanyalah air mata
Membasah di pipiku ini
Semakin sedih rasa hati ini
Tak dapat ku berkata hanyalah air mata
Membasah di pipiku ini
Ya, stasiun bagi saya adalah sebuah tempat yang paling menyedihkan di dunia. Karena di stasiun ada jutaan airmata yang pernah mengalir atas nama Perpisahan. Pun demikian kesan pertama yang dirasakan ketika memasuki TeraWalk Station. Tempat ini begitu romantis, sekaligus seperti mengandung magis sebuah rasa syahdu yang sulit untuk dijelaskan.
Saya tiba terlalu cepat. begitu senja menyurup, saya telah datang begitu saja, dan disambut oleh kesunyian yang menyergap dari segala arah. Kalau saja, tidak tiba-tiba seorang lelaki berkepala plontos menghampiri dan menyodorkan tangan untuk bersalaman, mungkin saya akan merasa sendirian.
Setelah berkenalan dan saling bertukar kontak, lelaki plontos yang bernama Albert dan menolak diembel-embeli dengan sebutan Akang, Mas, Atau Om itu mulai bercerita. ia, sejatinya memiliki jabatan sebagai Markom Manager di Cafe Tera Walk Station tersebut. Namun, selain itu, ia adalah seorang musisi yang kerap menghabiskan malam-malamnya di hari Rabu, Jumat, dan Sabtu sebagai penggebuk drum di Live Music yang selalu tersaji di malam-malam tersebut mulai pukul 20.00-23.00 WIB.
Saya Bersama Albert (Foto Doc Pribadi) |
Menurut Albert, ada kisah unik saat Resto Cafe ini dibangun pada tahun 2014 silam. Dahulu, lahan tempat dibangunnya Resto ini adalah merupakan "lahan sisa" tak terpakai dari Hotel Panghegar yang memang letaknya menyatu dengan Resto. Tadinya lahan ini ingin dibuat menjadi kamar-kamar juga, namun karena posisinya yang berada persis di samping Rel Kereta Api di jalan Merdeka, tentu akan membuat para tamu merasa tidak nyaman karena berisik. Kemudian, oleh Owner Hotel Panghegar yang merupakan satu keluarga besar, dimintalah Arvie dan Intan, kakak beradik anak dari salah satu pemilik Hotel Panghegar, Bapak Hilwan Sholeh, untuk mengelola lahan tersebut.
Sempat bingung hendak diapakan, akhirnya diputuskanlah untuk membangun sebuah Resto sekaligus Cafe yang berbeda dari Resto lain yang ada di Hotel Panghegar. Tentunya hal ini dimaksudkan agar tidak ada kanibalisme alias persaingan antara resto di hotel yang sama. Mengapa akhirnya mengambil konsep stasiun kereta api? well, rupanya ada cerita lain di balik itu.
"Lokasinya persis di samping Rel KA, Teh. Otomatis, setiap kali ada kereta api lewat, suara lonceng dan deru kereta sangat berisik. Setelah berpikir matang-matang, tercetus ide, kenapa nggak sekalian aja kita buat Resto Cafe ini dengan konsep stasiun? Berisik sekalian, dan pengunjung bisa merasakan sensasi sedang berada di dalam stasiun dan menanti kereta api," Ujar Albert dengan penuh semangat, sementara saya hanya mampu manggut-manggut, terpesona dengan kisahnya.
Sambil menunggu kehadiran para sahabat dari #BloggerBDG yang sama sekali belum tiba, saya akhirnya menikmati kesendirian dengan mengambil beragam foto dari beragam sudut sambil sesekali berhenti untuk menikmati melihat Albert sedang memberesi alat-alat Drumnya yang akan dipakai nanti.
"Malam ini, tema Live Musicnya apa?" tanya saya penasaran.
"Well, kami punya 3 tema yang berbeda setiap 3 malam dalam seminggu. Hari Rabu, kami akan membawakan musik-musik Pop tahun 70an-nowdays. Hari Jumat seperti ini, kami akan memainkan lagu-lagu Jazz, sementara di malam minggu akan ada Classic Rock. Pengunjung boleh rikues mau minta lagu apa lho..." ungkap Albert.
Tak hanya itu, rencananya mulai bulan November 2015, akan ditambah satu hari lagi untuk live music yaitu setiap Senin Malam, yang diberi nama Ensamble Class. Saat itu, musisi-musisi terbaik di kota bandung akan bermain satu lagu, dan pengunjungnya bukan pengunjung biasa. Pihak Tera Walk akan mengundang murid-murid dari sekolah musik, kursus musik, mereka yang berminat belajar musik, yeah pokoknya semua orang yang tertarik untuk bermusik, untuk datang ke Cafe dan menikmati beragam menu lezat di cafe ini sambil belajar musik langsung dari pakarnya lewat jam session! Sangat unik bukan? dan ALbert mengklaim bahwa konsep Ensamble Class ini baru mereka yang mengusungnya. Ckckckck .. luar biasa.
Jazzy Night, Saya dkk Gak Tahu Malu Ikutan Nyanyi (Foto Doc Pribadi) |
Puas dengan konsep-konsep luar biasa sekaligus mata yang dimanjakan dengan aneka dekorasi interior Tera Walk Station yang sangat "Instagramable", perut saya pun mulai berontak minta diisi. Saya melambaikan tangan kepada salah satu lelaki berseragam yang berdiri tegak di sudut, dan minta dibawakan buku menu.
Norman namanya. Adalah Supervisor Service di Resto ini. menurutnya, menu yang paling recommended di Tera Walk Station adalah Sup Pindangan. Menu ini adalah menu khas Palembang yang memang sengaja disediakan karena keluarga pemilik Resto memiliki darah Palembang yang mengalir di dalam tubuh mereka. Sup Pindangan ini, terdiri atas 3 macam, yaitu Sup Pindang Ikan Patin, Sup Pindang Ayam, dan Sup Pindang Iga.
Aneka Sup Pindangan (Foto Doc Pribadi) |
Itu baru menu utamanya. Bagaimana dengan Minuman di sana? ada dua jenis menu minuman yang merupakan signature Tera Walk Station, yaitu Kiss the Coffee dan Cafe Miel. Kedua jenis minuman ini berbahan dasar kopi Robusta. Kiss the Coffee merupakan kopi yang disajikan dingin bersama dengan cream dan di bagian dasarnya diberi sirup lemon. Jadi jika memesan minuman yang satu ini, kita akan dibawa merasakan sensasi nikmatnya menyeruput kopi yang ketika ditelan akan menyisakan rasa jeruk. Ambooi, saya sempat mencicipi kopi jagoan ini dan rasanya memang unik! Sementara itu, Cafe Miel adalah Kopi Robusta yang juga disajikan dingin bersama cream, namun tidak memakai gula sebagai pemanis. melainkan memakai MADU. yupz, penasaran dengan rasanya? saya tidak akan kasih bocoran. Silakan datang sendiri dan cicipi langsung ya!
Beragam Menu Minuman di Tera Walk Station (Foto Doc Pribadi) |
Seluruh hidangan makanan dan minuman di Resto&Cafe Tera Walk Station ini dibuat langsung oleh Chef Ganjar. Sayang, saya tidak sempat berkenalan langsung dengan beliau. Mengapa? Sederhana saja, karena saya keburu lapar. Dengan serta merta, saya akhirnya memilih memesan Pempek Lenggang Goreng bersama penemannya yaitu Iced Mix Fruit Tea (Fresh Fruit Mixed With Cold Tea Lemon, Lychee, Strawberry, Kiwi, and Peach).
Ini Makanan Utama (Foto Doc Pribadi) |
Kalau ini Beberapa Menu Dessert yang Yummy (Foto Doc Pribadi) |
Bagi saya, selain menu Empek-empeknya yang Uenaaaaak banget, rasa Iga Bakar di tempat ini juga JUARA TE O PE BE GE TE pisan! daging Iganya tebal, enak banget. Kami akhirnya berebutan saling icip-icip. duh, seporsi rasanya kurang!
Iga Bakar Tera Walk Station (Foto Doc Pribadi) |
Healthy Juice, Jeruk dan Wortel (Foto Doc Pribadi) |
Sate Maranggi (Foto Doc Pribadi) |
Tau dong yaaaa, foto-foto yang dihasilkan oleh para FOODBLOGGER biasanya sangat keren, indah, dan tentu saja menggiurkan? Nah, mau tau rahasia di balik dapur proses pembuatan foto-foto itu? ini sebagian di antaranya:
Sorry, Guys, Saya bocorin rahasia kita!
Terawalk Station Resto & Cafe
Open
from 9 AM - 11 PM
Jalan Merdeka no 2 Bandung At Terrace Hotel Grand
Royal Panghegar
PH 022 87804720
Email: terawalkstation@gmail.com
Twitter/Instagram : @tw_station
tuh kan bener minumnya, saya baca hingga menemukan minuman andalan teteh ... di penghujung Gotcha! Minumnya Es teh lemon Leci.
BalasHapusMak, iga bakarnya duh ...
ada rebutan makanan, ada yang kena dikerjain, ada yang nyanyi, ada yang mojok, lengkap sudah semuanya tadi malam hahaha
BalasHapusAsyik banget ikutan nyanyi ngejazz live music-nya, hehe... Lengkap deh pengalaman ngafe disini ya :D
BalasHapus